BACAAN : II TAWARIKH 26 : 1 – 23
TEMA : “ TETAP RENDAH HATI “
Tentunya masih segar dalam ingatan kita semua, kata-kata dari seorang muda
yang bernama Indra Kenz, tatkala kesuksesan demi kesuksesan dapat ia raih,
pundi-pundi uangnya semakin berlipat ganda, barang-barang mewah dapat ia
miliki, maka dengan ponggahnya ia berkata : “Ini nih nggak biasa nih karena ketika gua sombong gua pamerkan ya, udah
mau jatuh miskin, tiba-tiba aku beramal, bersedekah, bantuin orang, nah bingung
abis itu aku dikasihlah makin kaya, dapat lagikan rezeki itu. Sombong lagilah
aku, pamer lagi aku, makanya Tuhan pun
bingung mau mengambil keputusan”. Kata-kata Indra Kenz ini penuh dengan
keangkuhan/kesombongan, seakan-akan semua yang ia peroleh asalnya dari dirinya
sendiri dan juga seakan-akan ia mampu mengatur Tuhan dan sebaliknya Tuhan tidak
akan mampu menentukan nasibnya (Tuhan bingung).
Saudara, ada satu kisah yang hampir senada dengan kisah Indra Kenz di atas.
Dan kisah tersebut diceritakan khusus
dalam bagian pembacaan kita ini. Bagian bacaan kita menceritakan tentang
seorang raja yang bernama Uzia. Uzia, menggantikan ayahnya, Amazia untuk
menjadi raja di Yehuda, saat usianya masih terbilang belia, 16 tahun. Dalam
usia yang muda itu, Uzia dibimbing oleh Zakharia, yang terus menerus menekankan
kepada Uzia untuk menjadi seorang raja yang takut akan Allah (ayat 5a). Sepertinya Zakharia berhasil menjadikan
Uzia sebagai seorang raja yang takut akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan Allah
dalam segala hal. Ayat 4 menegaskan bahwa dalam hidupnya Uzia melakukan apa
yang benar di mata Tuhan. Karena Uzia takut akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan,
maka Tuhan Allah membuat dia berhasil dalam kepemimpinannya sebagai raja di
Yehuda (ayat 7 – 15a) dan pada ayat 15b dikatakan, “Allah juga membuat namanya masyur sampai ke negeri-negeri yang jauh”.
Sayang seribu sayang, Uzia yang boleh mengalami pertolongan Tuhan secara
ajaib, telah berubah menjadi tinggi hati
dan berubah setia kepada Tuhan, Allahnya.
Uzia tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang telah dihasilkannya adalah karena pertolongan Tuhan Allah (II Taw 26
: 5, 7) dan orang lain ( orang
Amon, pasukan tentara, kepala-kepala
puak pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa ; II Taw 26 : 8, 11-13). Salah satu
kesalahan Uzia yang sangat fatal adalah ketika dia mengambil alih tugas yang bukan menjadi hak dan tanggung jawabnya,
yakni memasuki Bait Allah untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran
ukupan (ayat 16b). Tindakan Uzia ini mendapat teguran keras dari Imam Azarya
dan delapan puluh imam Tuhan lainnya. Dengan tegas mereka mengatakan bahwa Uzia tidak akan memperoleh kehormatan dari
Tuhan. Dan benar perkataan para Imam ini, sebagaimana Uzia selalu mengalami
pertolongan Tuhan secara ajaib saat ia masih setia mencari Allah, kini ketika
ia telah berubah menjadi tinggi hati dan melupakan Allah, hukuman Allah, murka
Allah seketika itu juga menimpa Uzia. Secara tiba-tiba muncul penyakit kusta
pada dahi Uzia, penyakit ini membuat ia diasingkan dan dikucilkan dan pada
akhirnya sampai mati Uzia membawa penyakitnya itu.
Saudara yang Tuhan Yesus kasihi, esok hari kita sebagai Pelayan dan warga
jemaat yang ada di Bakal Klasis Aitinyo akan merayakan usia ke 5 (lima) tahun
sebagai satu persekutuan. Saya hendak mengajak kita semua, baik selaku para
Pelayan Firman (Pendeta, Guru Injil, Penatua, dan Syamas), warga jemaat dan
intelktual Aitinyo Raya untuk belajar banyak dari kisah di atas. Bakal Klasis
Aitinyo yang dulunya masih bergabung dengan Klasis Maybrat telah mengambil
keputusan untuk memekarkan diri karena tuntutan dan kebutuhan pelayanan di
wilayah Aitinyo Raya. Disponsori oleh tokoh-tokoh pemekaran, ditopang oleh 5
orang Pendeta, 5 orang Guru Injil, dan sejumlah Penatua sebagai Ketua-ketua
Majelis jemaat, 3 orang relawan dan Intelektual Aitinyo Raya, kita telah
melangkah bersama, bekerja bersama demi membuktikan jati diri Aitinyo Raya di
mata GKI Di Tanah Papua dan secara khusus di mata orang-orang Maybrat. Ada
begitu banyak kata-kata sindiran yang terungkap karena keputusan para tokoh
pemekaran untuk memisahkan diri dari Klasis Maybrat. Namun kata-kata sindiran itu
dilihat dan diterima sebagai tantangan untuk membenahi dan membuktikan diri.
Dalam usia 5 tahun dan dalam kesiapan menuju pada Kemandirian, dapatkah
kita menepuk dada dan berkata bahwa Bakal Klasis Aitinyo ada dan dapat berkarya
sampai hari ini, itu semua karena saya selaku perintis; atau karena saya selaku
Pendeta; atau karena saya selaku Badan Pekerja Klasis; atau karena saya selaku
Intelektual. Tentu tidak seperti itu!!!
Kita boleh tiba pada usia 5 tahun, dengan semua kerja yang telah kita hasilkan juga
siap menuju pada kemandirian, semua itu terjadi hanya KARENA PERTOLONGAN TUHAN
YANG AJAIB DAN HERAN BAGI KITA SEMUA DAN JUGA KARENA ADA KERJASAMA DI ANTARA
KITA. Saya suka sekali melihat bagaimana para tukang bangunan mengerjakan
sebuah bangunan. Masing-masing orang mengerjakan bagiannya tanpa mencampuri
pekerjaan orang lain atau pun menghakimi pekerjaan orang lain. Ada saatnya mereka akan
bekerja bersama-sama, demi kepentingan bersama. Hingga pada akhirnya jadilah
sebuah bangunan yang indah dan megah.
Belajar
dari raja Uzia, juga belajar dari pengalaman Indra Kenz, janganlah sampai semua
keberhasilan ini merubah kita menjadi orang-orang yang tinggi hati dan
melupakan Tuhan. Apa sebenarnya yang sudah kita buat untuk
pekerjaan Tuhan? Kalau mau dihitung-hitung kerja kita dan semua yang sudah
Tuhan buat untuk kita, ibarat langit dan bumi, perbedaannya teramat sangat
besar. Yang kita buat amat sangat sedikit dan semua itu tidak akan mampu dibandingkan
dengan yang Tuhan sudah buat dan anugerahkan dalam hidup kita. Oleh sebab itu, di
usia yang ke 5 tahun, juga dalam persiapan menuju pada kemandirian, mari
melayani dengan kerendahan hati. Seperti Yesus yang melayani dengan kerendahan hati. Kerendahan
hati akan memampukan kita terus melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, yang kesemuanya yang dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Kiranya Tuhan Yesus
memberkati kita di usia yang baru ini. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar