Rabu, 16 Maret 2022

SEBUAH REFLEKSI MENUJU USIA V TAHUN BAKAL KLASIS GKI AITINYO

 



BACAAN  :  II TAWARIKH 26 : 1 – 23

TEMA  :   “ TETAP RENDAH HATI “

 Saudara-saudara yang Tuhan Yesus kasihi,...

Tentunya masih segar dalam ingatan kita semua, kata-kata dari seorang muda yang bernama Indra Kenz, tatkala kesuksesan demi kesuksesan dapat ia raih, pundi-pundi uangnya semakin berlipat ganda, barang-barang mewah dapat ia miliki, maka dengan ponggahnya ia berkata : “Ini nih nggak biasa nih karena ketika gua sombong gua pamerkan ya, udah mau jatuh miskin, tiba-tiba aku beramal, bersedekah, bantuin orang, nah bingung abis itu aku dikasihlah makin kaya, dapat lagikan rezeki itu. Sombong lagilah aku, pamer lagi aku, makanya Tuhan pun bingung mau mengambil keputusan”. Kata-kata Indra Kenz ini penuh dengan keangkuhan/kesombongan, seakan-akan semua yang ia peroleh asalnya dari dirinya sendiri dan juga seakan-akan ia mampu mengatur Tuhan dan sebaliknya Tuhan tidak akan mampu menentukan nasibnya (Tuhan bingung).

Saudara, ada satu kisah yang hampir senada dengan kisah Indra Kenz di atas. Dan kisah tersebut diceritakan  khusus dalam bagian pembacaan kita ini. Bagian bacaan kita menceritakan tentang seorang raja yang bernama Uzia. Uzia, menggantikan ayahnya, Amazia untuk menjadi raja di Yehuda, saat usianya masih terbilang belia, 16 tahun. Dalam usia yang muda itu, Uzia dibimbing oleh Zakharia, yang terus menerus menekankan kepada Uzia untuk menjadi seorang raja yang takut akan Allah (ayat 5a). Sepertinya Zakharia berhasil menjadikan Uzia sebagai seorang raja yang takut akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan Allah dalam segala hal. Ayat 4 menegaskan bahwa dalam hidupnya Uzia melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Karena Uzia takut akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan, maka Tuhan Allah membuat dia berhasil dalam kepemimpinannya sebagai raja di Yehuda (ayat 7 – 15a) dan pada ayat 15b dikatakan, “Allah juga membuat namanya masyur sampai ke negeri-negeri yang jauh”. 

Sayang seribu sayang, Uzia yang boleh mengalami pertolongan Tuhan secara ajaib, telah berubah menjadi tinggi hati dan berubah setia kepada Tuhan, Allahnya. Uzia tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang telah dihasilkannya adalah karena pertolongan Tuhan Allah (II Taw 26 : 5, 7) dan orang lain ( orang Amon,  pasukan tentara, kepala-kepala puak pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa ; II Taw 26 : 8, 11-13). Salah satu kesalahan Uzia yang sangat fatal adalah ketika dia mengambil alih tugas yang bukan menjadi hak dan tanggung jawabnya, yakni memasuki Bait Allah untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan (ayat 16b). Tindakan Uzia ini mendapat teguran keras dari Imam Azarya dan delapan puluh imam Tuhan lainnya. Dengan tegas mereka mengatakan bahwa Uzia tidak akan memperoleh kehormatan dari Tuhan. Dan benar perkataan para Imam ini, sebagaimana Uzia selalu mengalami pertolongan Tuhan secara ajaib saat ia masih setia mencari Allah, kini ketika ia telah berubah menjadi tinggi hati dan melupakan Allah, hukuman Allah, murka Allah seketika itu juga menimpa Uzia. Secara tiba-tiba muncul penyakit kusta pada dahi Uzia, penyakit ini membuat ia diasingkan dan dikucilkan dan pada akhirnya sampai mati Uzia membawa penyakitnya itu.

Saudara yang Tuhan Yesus kasihi, esok hari kita sebagai Pelayan dan warga jemaat yang ada di Bakal Klasis Aitinyo akan merayakan usia ke 5 (lima) tahun sebagai satu persekutuan. Saya hendak mengajak kita semua, baik selaku para Pelayan Firman (Pendeta, Guru Injil, Penatua, dan Syamas), warga jemaat dan intelktual Aitinyo Raya untuk belajar banyak dari kisah di atas. Bakal Klasis Aitinyo yang dulunya masih bergabung dengan Klasis Maybrat telah mengambil keputusan untuk memekarkan diri karena tuntutan dan kebutuhan pelayanan di wilayah Aitinyo Raya. Disponsori oleh tokoh-tokoh pemekaran, ditopang oleh 5 orang Pendeta, 5 orang Guru Injil, dan sejumlah Penatua sebagai Ketua-ketua Majelis jemaat, 3 orang relawan dan Intelektual Aitinyo Raya, kita telah melangkah bersama, bekerja bersama demi membuktikan jati diri Aitinyo Raya di mata GKI Di Tanah Papua dan secara khusus di mata orang-orang Maybrat. Ada begitu banyak kata-kata sindiran yang terungkap karena keputusan para tokoh pemekaran untuk memisahkan diri dari Klasis Maybrat. Namun kata-kata sindiran itu dilihat dan diterima sebagai tantangan untuk membenahi dan membuktikan diri.

Dalam usia 5 tahun dan dalam kesiapan menuju pada Kemandirian, dapatkah kita menepuk dada dan berkata bahwa Bakal Klasis Aitinyo ada dan dapat berkarya sampai hari ini, itu semua karena saya selaku perintis; atau karena saya selaku Pendeta; atau karena saya selaku Badan Pekerja Klasis; atau karena saya selaku Intelektual.  Tentu tidak seperti itu!!! Kita boleh tiba pada usia 5 tahun, dengan semua kerja yang telah kita hasilkan juga siap menuju pada kemandirian, semua itu terjadi hanya KARENA PERTOLONGAN TUHAN YANG AJAIB DAN HERAN BAGI KITA SEMUA DAN JUGA KARENA ADA KERJASAMA DI ANTARA KITA. Saya suka sekali melihat bagaimana para tukang bangunan mengerjakan sebuah bangunan. Masing-masing orang mengerjakan bagiannya tanpa mencampuri pekerjaan orang lain atau pun menghakimi pekerjaan orang lain. Ada saatnya mereka akan bekerja bersama-sama, demi kepentingan bersama.   Hingga pada akhirnya jadilah sebuah bangunan yang indah dan megah.

Belajar dari raja Uzia, juga belajar dari pengalaman Indra Kenz, janganlah sampai semua keberhasilan ini merubah kita menjadi orang-orang yang tinggi hati dan melupakan Tuhan. Apa sebenarnya yang sudah kita buat untuk pekerjaan Tuhan? Kalau mau dihitung-hitung kerja kita dan semua yang sudah Tuhan buat untuk kita, ibarat langit dan bumi, perbedaannya teramat sangat besar. Yang kita buat amat sangat sedikit dan semua itu tidak akan mampu dibandingkan dengan yang Tuhan sudah buat dan anugerahkan dalam hidup kita. Oleh sebab itu, di usia yang ke 5 tahun, juga dalam persiapan menuju pada kemandirian, mari melayani dengan kerendahan hati. Seperti Yesus yang melayani dengan kerendahan hati. Kerendahan hati akan memampukan kita terus melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, yang kesemuanya yang dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita di usia yang baru ini.  Amin. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  IBRANI 10 : 1 – 18 TEMA   : PERSEMBAHAN YANG SEMPURNA   Saudara-saudara yang Tuhan Yesus kasihi, …. Ada satu suku di Papua, yang b...